Mesir dan Saudi Sudutkan Hezbollah, Ikhwanul Muslimin Mesir Membela

Media-media Mesir mengabarkan ambisi Israel, Arab Saudi dan Mesir untuk meneror Sekjen Hizbullah Lebanon, Sayid Hasan Nasrollah.

Situs Pemberitaan Shia Online yang mengutip keterangan para pejabat Mesir melaporkan, Badan Intelejen Israel, Mesir dan Arab Saudi merancang operasi kolektif untuk meneror Sayid Hasan Nasrollah menyusul meningkatnya popularitas Sekjen Hizbullah ini. Rencana peneroran terhadap Sayid Hasan Nasrollah itu juga dilaporkan Press TV.

Berdasarkan laporan tersebut, Badan Intelejen Israel, Mesir, Arab Saudi mengambil kesimpulan bahwa meneror Sayid Hasan Nasrollah adalah satu-satunya jalan untuk meredam perjuangan atau muqawama Hizbullah Lebanon. Situs Shiah Online juga menambahkan, tiga pejabat senior Mesir melakukan kunjungan rahasia ke Palestina pendudukan atau Israel guna membicarakan rencana teror terhadap Nasrollah.

Laporan itu juga menyebutkan, Pangeran Arab Saudi, Bandar bin Sultan, yang mempunyai hubungan dekat dengan AS, mempunyai peran penghubung antara Arab Saudi dan Rezim Zionis Israel.

Kendati propaganda media milik pemerintah Mesir terhadap Gerakan Perlawanan Islam Lebanon (Hizbullah) terus berlanjut, pemimpin gerakan Ikhwanul Muslimin Mesir bangkit mendukung dan membela Hizbullah.

Pemimpin Gerakan Ikhwanul Muslimin Mesir, Muhammad Mahdi Akif bangkit membela Hizbullah Lebanon dan menyebut serangan media Mesir terhadap gerakan itu sebagai sandiwara dan permainan politik. Ia menilai tudingan Kairo dan Presiden Hosni Mubarak terhadap Hizbullah tidak berdasar dan tindakan itu sebagai upaya untuk menyenangkan AS dan Rezim Zionis Israel.

Menyangkut hal ini, Pengamat Masalah Timur Tengah dari Lebanon, Muhammad Abbas mengatakan, krisis internal di Mesir penyebab lahirnya tudingan-tudingan palsu atas Hizbullah. Pengamat Lebanon ini mengatakan bahwa krisis terbesar di dalam negeri Mesir adalah pemerintahan Hosni Mubarak sendiri.

Dan untuk mengalihkan perhatian publik Mubarak melemparkan tuduhan kepada Hizbullah Lebanon dan Republik Islam Iran. Sejumlah pejabat tinggi Mesir dalam bebrapa hari terakhir juga gencar menuding Hizbullah menyelundupkan persenjata ke Jalur Gaza pada perang 22 hari dengan Rezim Zionis dan juga berniat mengacaukan keamanan dalam negeri Mesir.

Dalam hal ini, pemerintah Mesir mengklaim bahwa 50 warga Mesir pendukung Hizbullah ditangkap dengan tuduhan menrencanakan keonaran di Mesir. Kairo mengklaim telah menggagalkan upaya perusakan itu dengan penangkapan warga tersebut. Di samping itu terjalin koordinasi yang kompak antara media massa Mesir dan Israel dalam melancarkan agitasi Hizbullah dan sekjennya.

Dalam mereaksi tudingan Mesir dan propaganda yang digulirkan bersama Israel, Sayyid Hasan Nasrullah menegaskan, selama lebih dari tiga dekade eksistensinya, Hizbullah tidak pernah menghentikan perlawanannya terhadap Rezim Zionis. Namun perlawanan tersebut tidak pernah keluar dari batas wilayah Lebanon. Sayyid Nasrullah menilai klaim Mesir itu tidak mendasar seraya mengatakan bahwa Hizbullah tidak pernah berniat menggulingkan pemerintahan Arab manapun.

Di lain pihak, Wakil Ketua Faksi Ikhwanul Muslimin di parlemen Mesir, Hasan Ibrahim mengatakan, “Kami mendukung muqawama di Gaza, Palestina, dan Lebanon, serta akan terus mengupayakan pembukaan seluruh jalur penyeberangan Rafah. Adapun seorang pemimpin Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas), Ali Barkah, tujuan serangan propaganda terhadap Hizbullah Lebanon adalah dalam rangka pengkhidmatan terhadap Rezim Zionis Israel.(irib)